Healthy Life Style – Milissehat

Salah satu hal yang saya syukuri dalam hidup adalah bertemu dengan milissehat. Majlis ilmu berbasis milis yang berisi seputar kesehatan dan dibimbing langsung oleh dokter yang berkompeten.

Kenapa saya harus sangat bersyukur?

Karena melalui perantara milissehat ini, Allah membukakan pencerahan akan ketidaktahuan saya mengenai dasar-dasar bagaimana kita menghadapi kondisi tidaklapangnya sehat (red: sakit).

Seperti yang sudah pernah saya ulas sedikit tentang fenomena “sakit dikit ya langsung ke rumah sakit” maka dari sini saya belajar menjadi orang yang melek kesehatan, orang yang bisa lebih membaca kondisi sekitar, dan menyadari bahwa kesehatan itu bukan tanggung jawab penuh seorang dokter saja namun kita pun ikut andil di dalamnya.

source : milisehat.web.id

source : milisehat.web.id

Poin penting yang seharusnya diketahui oleh semua orang, terutama ibu sebagai magnet utama keluarga adalah mengenai :
1. RUM, Rational Using Medicine.

Menurut WHO, pengertian RUM adalah
“Patients receive medications appropriate to their clinical needs, in doses that meet their own individual requirements, for an adequate period time, and at the lowest cost to them and their community.”

“Pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis mereka (Tepat Indikasi), dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan individual (Tepat Obat), untuk jangka waktu yang sesuai  (Tepat dosis dan pemberian) dan dalam biaya terapi yang terendah bagi pasien maupun komunitas mereka (Tepat Biaya).”

2. Smart Parent of Healthy

“Orang tua adalah gerbang pertama untuk kesehatan keluarga, kita harus selalu upgrade ilmu-ilmu kita. Sebelum membawa anak untuk berkonsultasi ke dokter maka persenjatai diri terlebih dahulu dengan infromasi-informasi yang akan memudahkan kerja dokter serta membawa wawasan bagi orangtua.”

Flasback, awal mula perkenalan itu terjadi saat kedua anak saya belum lahir, tepatnya adalah ketika saya hamil pertama dan itu pun tanpa sengaja.

Suatu ketika saya bertanya pada senior saya tentang takaran asip untuk bayi setiap bulan umurnya, maklum saat itu saya sedang mempersiapkan segala keperluan pernak-pernik kelahiran bayi pertama saya (yang sekarang sudah berumur 4tahun 😀 ).

Terjawablah pertanyaan itu oleh senior saya dengan sangat gamblang dan beliau menganjurkan saya bergabung dalam milis asiforbaby. Langsung seketika saya subscribe milis tersebut dan memang banyak sekali ilmu-ilmu seputar bayi yang bisa saya pelajari.

Ketika dalam satu thread membahas tentang anak sakit, dari percakapan yang panjang, ada salah satu ibu mention mengenai milis kesehatan ini (MasyaAllah semoga menjadikan ini amal jariyah buat ibu kelak), dan akhirnya bertemulah saya dengan milissehat.

Sebuah pertemuan insya Allah membawa berkah.

Bagi yang ingin mengupgrade ilmu kesehatan, monggo bergabung ke dalam milis dengan cara mengirim email kosong ke sehat-subscribe@yahoogroups.com, ataupun baca-baca di web milissehat atau buku-buku atau follow medsos dokter-dokter yang insya Allah ilmunya berlimpah.


“Dua nikmat yang banyak manusia merugi didalamnya : kesehatan dan waktu luang” H.R Al Bukhory

Misi Spesifik Hidup

Allah SWT menciptakan segala sesuatu tidak dengan sia-sia. Semua ada maksud dan tujuannya. Seekor lalat capung yang hidupnya hanya sekitar 1-24 jam saja diciptakan dengan sebuah maksud, apalagi manusia yang punya peluang hidup sampai bertahun-tahun lamanya. Pasti diciptakan dengan sebuah misi besar. Misi besar itu diterjemahkan oleh manusia sebagai MISI HIDUP.

Perjalanan menemukan misi hidup selaras dengan perjalanan produktivitas hidup kita. Seseorang yang sudah menemukan misi hidup tsb apabila menjalankan aktivitas produktif akan lebih bermakna, karena keproduktivitasannya digunakan untuk mewujudkan misi-misi hidupnya. DAN ketika berbicara ranah produktif, maka seharusnya tak lepas dari profesionalitas. Ya, kita harus professional menjadi seorang istri, seorang ibu, seorang anak, seorang pribadi, seorang MANUSIA.

Be Professional, Rejeki will Follow

Be Professional” diartikan sebagai bersungguh-sungguh menjalankan peran. Kesungguhan dan keistiqomahan seseorang dalam menjalankan peran hidupnya  akan meningkatkan kemuliaan dirinya di mata Allah dan kebermanfaatan untuk sesama.

Rejeki will follow” bisa dimaknai bahwa  rejeki  setiap orang  itu sudah  pasti, yang membedakan adalah nilai kemanfaatan dan keberkahannya seiring dengan bersungguh-sungguh tidaknya seseorang menjalankan apa yang dia BISA dan SUKA.

Lagi-lagi saya diingatkan kembali melalui materi matrikulasi IIP untuk flash back, menilik dan mengevaluasi bagaimana selama ini diri saya menjalani peran hidup. Apakah hanya mengejar keduniawian yang semu semata atau kah sudah menuju ranah keRidhoan Sang Pemilik Segalanya. Ya Rabb, semoga dalam usia yang sudah menginjak kepala 3 ini sudah ada hal berarti yang saya lakukan, Aamiin. *langsung brebes mili*

Dalam memetakan misi hidup dan produktivitas, kita mulai dengan menjawab pertanyaan mau jadi apa sih kita? (BE), apa saja yang ingin kita lakukan dalam hidup? (DO), dan apa yang ingin kita miliki dalam hidup? (HAVE) dan dikejawantahkan ke milestone yang lebih detail mulai dari lifetime purpose –> strategic plan –> new year resolution.

***

Dalam jabaran sebelumnya di kuadran aktivitas, kegiatan yang masuk SUKA-BISA lebih ke kemampuan detail analysis saya: membaca, menulis, membuat jurnal dll. Dari situ akan saya kolaborasikan dengan keinginan saya sebagai inspirator dalam dunia anak yang mencakup pengasuhan serta kesehatan (BE), maka saya akan mulai analysa-syntesa dan praktek tentang fitrah jasmani (kesehatan) dan rohani (pengasuhan) anak  kemudian menularkannya kepada masyarakat (DO). Dan semoga kelak saya bisa mewujudkan impian untuk mempunyai sebuah Smart Home (HAVE).

Smart home merupakan kolaborasi antara rumah baca dan rumah sehat. Saya membayangkan ada dua lantai. Lantai bawah akan saya fungsikan sebagai rumah sehat yang memiliki fasilitas : konsultasi kesehatan dengan dokter yang RUM-RUD, imunisasi, dll. Sedangkan lantai atas sebagai rumah baca. Selain berfungsi sebagai tempat membaca dan konsultasi kesehatan secara fisik juga akan saya rencanakan sebagai sarana edukasi interaktif melalui:

  1. Kegiatan bermain anak
  2. Temu tokoh parenting
  3. Temu tokoh kesehatan
  4. dll.

Mengenai rumah baca. Flashback kebelakang saat masih usia anak-anak, kegiatan yang saya gemari adalah membaca. Saya selalu meluangkan waktu untuk melahap segala informasi, bahkan ketika surat kabar cetak sudah saya baca maka saya akan selalu menemukan informasi baru lagi dengan membacanya ulang. *weird :p. Sehingga saya pun berkeinginan kuat suatu saat memiliki perpustakaan. Keinginan itu sampai sekarang belum padam, malah semakin menggebu melihat minat baca dari masyarakat masih minim.

Nah, namun sekarang ini nama perpustakaan diidentikkan dengan hal-hal berbau serius dan membosankan, sehingga dengan istilah kekinian, yaitu rumah baca, diharapkan menarik minat kalangan luas untuk datang dan berlama-lama menggali informasi, karena quote “buku adalah jendela ilmu”, tak dapat dipungkiri.

Mengenai rumah sehat. Minimnya informasi kesehatan kepada masyarakat memicu ketidakrasionalan dalam menangani penyakit. Seringkali kita lihat rumah-sakit selalu penuh, pulang dari RS dengan segepok obat, mau sakit apapun hampir selalu diberi antibiotik, semakin mahal obat semakin bagus, pola MPASI yang salah-kaprah, dll. Padahal tidak semua diagnosa penyakit butuh obat, it can healed by time.

Berdasarkan fenomena tersebut, saya ingin ikut andil dalam program “Melek Kesehatan” yang digawangi oleh YOP. Yayasan Orang tua Peduli ini berisikan dokter-dokter dan orang tua yang peduli akan kondisi kesehatan maupun lingkungan khususnya bagi anak-anak Indonesia serta masyarakat Indonesia pada umumnya. Alhamdulillah dipertemukan dengan komunitas kesehatan yang baik ini, semoga lain kali bisa saya ulas detail tersendiri.

 

Untuk mewujudkan impian besar diatas, berikut gambaran detailnya:

lifetime purpose

strategic planning

New year resolution

 

Begitulah gambaran impian saya, yang semoga diijabah dan semakin mendekatkan diri saya dengan keridhoanNya. Aamiin

Bermimpilah setinggi langit karena jika jatuh kau akan jatuh di antara bintang-bintang ~quote~

Menuntut Ilmu dengan Adab

Tahun 2017 ini ada yang berbeda dengan rutinitas saya sebelumnya, Bismillah, tahun ini saya akhirnya memberanikan diri ditengah-tengah kesibukan untuk melangkah lebih maju dalam mengupgrade ilmu sebagai seorang ibu yang merupakan madrasah pertama seorang anak, melalui program Matrikulasi Institut Ibu Profesional.

Materi-materi sebenarnya sudah betebaran di dunia maya tetapi layaknya sebuah buku pelajaran sekolah, kalau kita tidak dibimbing oleh guru dan tidak mengerjakan soal-soal di dalamnya maka akan terasa kurang meresap di kalbu.

Materi pertama yang diberikan mengenai ADAB MENUNTUT ILMU, ada beberapa catatan tagline yang perlu digarisbawahi:

“Karena ILMU itu adalah prasyarat untuk sebuah AMAL, maka ADAB adalah hal yang paling didahulukan sebelum ILMU”

“Karena ADAB tidak bisa diajarkan, ADAB hanya bisa ditularkan”

Sebelum kita menebarkan kebermanfaatan di muka bumi (AMAL), sebaiknya kita mempelajari ILMUnya terlebih dahulu secara mengakar sehingga ketika terjun langsung kita sudah mempunyai alur yang jelas dengan tetap mengingat bahwa “Do your best and Let God do the rest“. Namun dari semua itu, yang utama adalah niat dan bagaimana ADAB kita dalam mempelajari ilmu tersebut.

***

Sebagai seorang khalifah di bumi, kita diharuskan untuk selalu belajar, belajar, dan belajar apa saja yang bisa meninggikan derajat kebaikan kita dimanapun kita hidup dan kapanpun kita mengalami penghidupan, dan di Universitas kehidupan ini jurusan ilmu yang ingin saya pelajari adalah : ilmu Kesehatan (RUM: Rational Using Medicine, RUD: Rational Using Doctor, dan Smart parents) dan ilmu Pengasuhan Anak (Home Base Education) walaupun background saya bukan dari bidang kesehatan ataupun bidang pendidikan, namun bukanlah tameng untuk menolak mempelajarinya.

Alasan mendasar ingin mempelajari ilmu tersebut dilatarbelakangi oleh :

  • Kebutuhan untuk mewujudkan keluarga yang sehat jasmani maupun rohani
  • Rasa keingintahuan saya sebagai ibu muda [yang tidak tahu menahu tentang kesehatan] bagaimana cara merawat dan menghadapi anak ketika sakit. Dari situ semakin mengertilah saya bahwa ternyata fenomena yang terjadi di Indonesia adalah kalau “sakit dikit ya langsung ke nakes”, pulang dibawain “segepok obat” yang kadang kita tidak [mau] tahu kandungannya, dan menyerahkan sepenuhnya kesehatan anak [dan keluarga] kepada nakes tanpa kita mau tahu lebih dalam.
  • Rasa keingintahuan saya tentang pola pengasuhan anak sesuai dengan fitrah yang diberikan oleh Sang Maha Pemberi Hidup mengingat maraknya kejadian-kejadian yang cukup miris di Masyarakat. Banyaknya informasi seputar parenting dengan berbagai versi ikut andil dalam mengombang-ambingkan peta berfikir saya tentang How to raise my children well.

Untuk mewujudkan rencana tersebut saya harus punya roadmap jelas sebagai panduan dalam melangkah.

roadmap

Berkaitan dengan adab menuntut ilmu yang didapat dari materi matrikulasi iip, banyak perubahan yang harus saya lakukan dalam diri saya, baik dari segi pola pikir, pengetahuan maupun sikap. Sejalan dengan roadmap diatas maka hal konkrit yang [harus] berubah dari diri saya sebagai berikut :
1. LURUS NIAT.
– Niat karena beribadah kepada Allah.
– Menjadikan diri layaknya gelas kosong yang kehausan akan diisi air (Ikhlas dan mau membersihkan jiwa dari hal-hal yang buruk).
2. BELAJAR.
– Membekali diri dengan informasi-informasi melalui literasi buku-buku, media online, maupun komunitas kesehatan&parenting terpercaya dengan menerapkan sceptical thingking.
– Mempelajari ilmu-ilmu tersebut secara berulang-ulang dengan membuat catatan penting sehingga lebih membekas dalam ingatan.
3. APLIKASIKAN.
– Saya harus lebih kalem namun disiplin mengobservasi kondisi dan rasional kapan harus membawa anak saya [dan keluarga] ke dokter –> Smart Parent
– Saya harus lebih berhati-hati dalam menebus obat yang diberikan oleh nakes –> RUM
– Saya harus memposisikan diri sebagai partner diskusi yang baik dengan nakes tanpa berusaha untuk menyela, berdebat atau merasa lebih tahu. –> RUD
– Saya harus memberikan pengasuhan terbaik bagi anak-anak saya sesuai fitrahnya bersama dengan suami. –> Home Base Education
4. EVALUASI.
– Apakah saya sudah : tidak lagi menyerahkan sepenuhnya pengasuhan saya kepada pengasuh atau guru di sekolah.
– Apakah saya sudah : tidak lagi menyerahkan sepenuhnya kesehatan anak [dan keluarga] saya ke dokter, karena sejatinya anak-anak kita adalah tanggung-jawab kita sebagai orangtuanya.
5. EDUKASI LINGKUNGAN.
Setelah mendalami secara keilmuwan dan pengalaman pengaplikasian, saya akan berusaha menularkan ke lingkungan sekitar.

Semoga apa yang saya pelajari akan membawa kebaikan di dunia dan bisa dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Aamiin Allahumma Aamiin.


“Manusia melakukan apa yang mampu ia lakukan sampai takdirnya terungkap”